Senin, 14 Februari 2011

A Sad True Story (One Eyed Mother)

This message has a very deep meaning and is passed to remind people of the goodness they enjoy is because of others directly or indirectly. Pause a moment and consider your life! Be thankful of what you have today compared to many millions who do not live lives as you do! Do spend some time with your parents out there and be good to them !

Kasih Ibu Sepanjang Hayat

Seorang pemburu telah banyak memperoleh hewan buruannya. Sebagian dari hewan yang didapatkannya dia bawa pulang untuk dimakan,ada juga yang dipeliharanya.
Pada suatu hari ia ingin mempunyai anak kera yang dinanti akan dipelihara dan diajarkannya . Ketika ia berada dihutan ia melihat sekawanan kera dipohon . Seekor kera betina menggandeng anaknya yang masih kecil . Dengan posisi yang tepat,ia membidik kera itu dan peluru senapannnya mengenai tepat dikepala induk kera . Induk kera pun tak berdaya lagi . Namun sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya,ia sempat menyerahkan anak bayinya kepada kera yang lain yang berada dipohon itu .Ia pun jatuh kebawah semak belukar.

Bagaimana dengan anda??
masihkah anda akan tidak menghargai ibu anda sendiri??
seekor kera saja mempunyai rasa sayang yang begitu besar terhadap anak nya, apa lagi kita manusia yang memiliki hati dan pikiran.. dia pasti akan berbuat lebih jika berada disituasi tersebut....

Bagai Susu yang Tumpah kita Mengambil Hikmah

Suatu hari seorang teman karib terlihat sangat muram. Sebagai sahabat aku ingin berimpati dengan persoalan yang tengah ia hadapi. Ada pa Mir, kataku. Akhir-akhir ini engkau tampak sulit untuk diajak bercengkrama. Tidak seperti hari-hari biasa. Perlahan ia menatapku. Si Tuti, katanya, Oh… sekarang aku tahu bahwa kekasihnya telah memutuskan hubungan dengannya. Kemarin aku pun mendapat kartu undangan pernikahannya dengan pria lain. Sengaja aku mengajak sahabatku ke suatu kafe dan aku memesan dua gelas susu. Kuperlihatkan kepadanya sesuatu, dengan sengaja aku menumpahkan susu dari gelasku ke tanah. Aku katakana kepadanya, coba perhatikan susu yang tumpah ini. Bisakah kau kembalikan ke dalam gelas lagi? Sejenak ia mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya. Sesudah itu kami pergi pulang. Keesokan harinya ia berkunjung kerumahku, akan tetapi kali ini ia tampak lebih ceria.

Antara Wortel, Telur, dan Kopi


Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat, nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti semua ini, Ayah?" Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. "Kamu termasuk yang mana?," tanya ayahnya. "Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?"

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.


Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.